Minggu, 02 Agustus 2015

Dibuang sayang dari Liburan kami

Beberapa kejadian, yang ikut mewarnai liburan kami.. mari disimak..

1. Mencegah sakit di perjalanan

Berangkat berlibur dalam kondisi tidak 100% sehat, bagaimana supaya perjalanan lancar tidak terganggu? Dengan menggunakan koyo' tempel hampir di sekujur punggung + perut, ternyata sangat membantu, cukup koyo yang 'rasa' hangat, memakai cardigan, pashmina, krukupan mencegah sentrongan air-con.. tiba di Bali dengan selamat

Jangan lupa juga tolak angin.. wah semakin tampak bedanya jika berlibur a la manula.. ribet

2. Sandal kembaran

Keluarga Tebal kompakan memakai sendal jepit merek yang sama, yang mereka beli di Pusat Perbelanjaan di area Kartika Plaza. Tapi eittts ternyata sendal dengan brand yang sama juga kumiliki.. dan beda warna pula. Jadinya.. sendal kita kembaran deh...

3. Lensa yang Tertinggal

Apa jadinya jika seorang yang menyukai fotografi lantas menetapkan fotografi sebagai hobi, ketika sudah berada di 1 destinasi baru menyadari bahwa salah 1 lensa andalannya tertinggal?? Padahal destinasi liburan kali ini ini adalah salah 1 yang tercantum dalam bucket list...??

Nah ini pula yang terjadi dengan salah 1 personil geng jalan-jalan kali ini. Untung saja, hal ini segera disadari ketika kami baru sampai di Pulau Dewata tepatnya ketika kami akan mengikuti Misa di Gereja FX, Kuta.

Apa yang dilakukan? Call driver kami untuk segera meluncur ke Bali dengan kendaraan umum, akhirnya driver Bali, driver Malang dan Vino berkoordinasi yang bentuknya seperti apa, aku tidak berusaha cari tahu.. ruwet..!! 

Menurut kabar, driver dari Malang berhasil mencapai terminal Ubung pk 3 pagi.. wahh, akhirnya memberikan tugas berat bagi driver Bali dan pemilik lensa tentunya, karena tiap saat harus memonitor posisi sang driver Malang.

Untungnya, lensa tiba di Bali tepat waktu, dan kamipun bisa di-FOTO sepuasnya.. hahaha..

4. Baju kembar itu nggak enak banget

Seperti yang sudah-sudah, jika dalam periode liburan yang telah ditetapkan terdapat hari Minggu atau hari besar agama kami, maka tidak ada alasan untuk bolos ke Gereja.

Oleh karena itu kami harus menyiapkan ruang ekstra di kopor untuk 1 lembar pakaian pantas untuk menghadiri misa. Seperti pagi itu, aku mengenakan 1 blus yang ditumpuk dengan kardigan. Di tengah misa anakku memberi informasi bahwa seorang ibu di seberang deretan kursi kami, mengenakan blus yang sama denganku.. walaah kok jauh-jauh ke Bali masih ada kembaran, untung blusku sedikit tersamar karena ada kardigan di luarnya..

Belum cukup sampai di situ, ketika kami mampir di Gili Air, di salah 1 toko pakaian lagi-lagi anakku melaporkan.. blus itu lagi... dijual di salah 1 toko cindera mata.. looh ini pulau nyempil kok ya ada yang jual baju sejenis, padahal blus-ku itu bukan jenis yang dijual di toko cindera mata di tempat-tempat wisata.. wiss embuh.. gak main blas..