Dua minggu yang lalu, salah OB di kantor bercerita bahwa dia mengalami suatu kejadian yang sangat tidak terduga.
Kisah
diawali sekitar 10 bulan yang lalu. Ketika pulang ke kampung di daerah
Jombang, rekan saya bertemu dengan seorang bapak (maaf) 'gelandangan'
ato 'orang gila' yang tidak bisa bekomunikasi. Bapak ini dengan bahasa
tubuhnya menginginkan 'sesuatu'. Dikarenakan rasa iba, rekan ini
memberinya uang, tapi si Bapak tidak beranjak pergi bahkan
menunjuk-nunjuk pakaian yang sedang dipakainya...tanpa berpikir panjang
rekan itu melepaskan bajunya dan diberikan kepada bapak tua tersebut.
Sejurus kemudian rekan tersebut telah melupakan kejadian itu.
Esoknya,
dia melihat bapak tua itu tidur di halaman rumahnya, ketika sudah
bangun sekali lagi didorong oleh perasaan iba diberinya bapak tua itu
makan dan pakaian. Begitu berlangsung selama beberapa hari. Menjelang
akhir masa liburan, rekan saya itu menitipkan bapak tua itu ke suatu
panti di dekat rumahnya, karena tidak tahu siapa lagi yang akan mau
merawatnya. Karena bapak itu berkomunikasi pun tidak bisa..jadi
keputusan itu dilakukan secara sepihak. Tapi apa yang terjadi..? Ummi
(demikian rekan saya memanggil ibundanya) saya itu menegur, mengapa
harus menitipkan orang tua yang tidak diketahui keluarganya itu ke
panti, mengapa tidak dirawat sendiri..? Mengapa menolong umat Tuhan
tidak total, hanya setengah-setengah..?
Keputusan sudah diambil
bapak tua itu sudah dititipkan di panti, untuk kebutuhan sehari-hari
bapak tua tersebut, rekan saya menitipkan uang sekedarnya setiap kali
pulang ke kampung. Hal itu rutin dilakukannya tanpa sedikitpun terlintas
pamrih.
Sampai dengan dua minggu yang lalu..Ketika pulang
kampung, rekan saya kedatangan tamu. Tamu tersebut belum dikenalnya.
Tamu itu mengucapkan terimakasih berkali-kali..rekan saya
bengong..terimakasih untuk apa...? Tamu itu bercerita bahwa bapak tua
yang ditolong rekan saya itu adalah kakeknya..yang hilang. Karena ada
gangguan pada kesehatan jiwa, si kakek meghilang jauh dari pantauan
keluarga. Keluarga sudah mencari selama berbulan-bulan sampai kemudian
si kakek berhasil diketemukan, karena perawatan yang baik di panti
tempat rekan saya menitipkannya.
Sebagai ucapan terimakasih,
sebuah mobil dihadiahkan kepada rekan saya itu...bener-bener mobil - a
brand new car..!! - sampai pingsan dia menerima mobil beserta BPKB yang
sudah diatasnamakan rekan saya itu (entah bagaimana caranya). Bukan
tidak mungkin, karena sang cucu adalah saudagar yang telah berhasil dan
tinggal di salah satu negara di daratan Arab sana..
Haahh..?
Mobil..? asikk dong...rekan (office boy) hanya tersipu-sipu..tiap kali
mengingatkan akan nasib baik karena perbuatannya yang terpuji..
Sejak itu, aku serasa diingatkan bahwa menolong seseorang tidak penting pilih-pilih..dst..dst..takut ini..takut itu
Kemarin
23/11/08 di gereja, tiba-tiba aku inget lagi tentang 'kisah nyata'
itu..wakkss serasa ditinju...langsung KO...(kok nyambung sih.... :()
manakala Romo membacakan Injil tepatnya saat ayat ... "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kau lakukan untuk salah
seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya
untukKu.."
Lho...kok pas..? Aduhh aku jadi mbrebes mili, indah
sekali kalimat itu..tapi apa yang sudah kuperbuat...? Malu ah..emang
bener ya Iman tanpa perbuatan adalah omong kosong... belajar mata kuliah
kehidupan SKS gak pernah habis. Dosennya bisa siapa saja dari seorang
OB pun ternyata aku 'seharusnya' bisa memetik suatu pelajaran tentang
Iman... memang OB, manajer, mandor whatever...gak penting...itu hanya
pakaian di dunia yang fana..
Duuhh....ini bukan cerita boong...nih sang rekan (OB) ada di ruangan saya...
Shalom,