Adalah Bu Ratna yang awalnya memperkenalkan aku pada Kopi Bali,
tepatnya Kopi Kupu-kupu Bola Dunia. Setahunya aku termasuk doyan minum
kopi.. dan menurutnya pula kopi ini pantas untukku..
Awalnya
kopi ini tersimpan dalam antrean tumpukan kopi-kopi yang siap kuminum.
Jumlahnya semakin banyak karena semakin banyak pula teman-teman yang
memberiku buah tangan kopi dari berbagai macam daerah.
Awalnya
tidak ada yang istimewa karena aku bukan barista…haalllaah.. tapi liat
aja endingnya, ibarat perselingkuhan.. aku menikmati cinta yang lain.
Berikutnya seorang teman terkasih rutin pula membawakan aku sekotak
kopi Kupu-kupu Bola Dunia yang rutin kuteguk 3x sehari, layaknya minum
obat.
Satu kali dari beberapa rekan yang tinggal di Bali
menyarankan aku untuk mencoba Kopi Banyu Atis. Di salah satu pusat
oleh-oleh di daerah Kuta, kucoba beli sekotak.. kopi ini menjadi
penghangat obrolan bersama keluarga besar ketika berkesempatan mampir
ke rumah untuk sekedar bertukar cerita. Kehangatan keluarga ditemani
masing-masing secangkir kopi…’enteng’..kata mereka.. aahh
Berikutnya, seperti ketagihan, tiap kali rekan Marketing bertugas ke
luar pulau kopi selalu menempati urutan teratas dalam daftar titipan.
Satu saat Kopi Banyu Atis dinyatakan hilang dari pasaran, hanya 1
outlet yang menjualnya…deuh sampai segitunya..
Bulan Februari
2011 bersama Deni ketika mengaduk-aduk toko oleh-oleh di daerah Tuban, 1
kotak Kopi Banyu Atis khusus untuk Joe, ternyata kopi masih disimpan
sampai 2 bulan lalu. Sekali dibuka diseduh…tidak tidurlah dia sampai
subuh.. iku ngunu jenenge kancilen..kuapok
Kopi Kupu-kupu Bola Dunia seberat 1 ons khusus untuk icip-icip Deni,
efeknya tiada tara… kami berdua menjadi partner setia penggemar kopi
kintamani ini. Rasanya suerrrr gak mau berbagi, buat dan rasakan
sendiri.
Buat Maya, Rm Ray, Deni, Bu Ratna kalian benar-benar
penyambung nyawaku.. selalu ada kotak kopi baru yang siap menggantikan
kopi lama..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar