3 serangkai Bapa Uskup – Pak Piet – Pak Margono
Bapak-bapak bertiga ini rupanya
sudah berteman akrab sejak mereka duduk di seminari.. pada kesempatan tur
ziarah ini Pembimbing Rohani kami adalah Bapa Uskup Mgr Edmund Woga CSsR dari
keuskupan Weetebula.
Mgr Edmund Woga CSsR @Vatican |
Dalam perjalanan dengan bis, Bapa
Uskup yang selalu memimpin doa Rosario bersama seluruh peziarah..
Saat Misa Hari Raya Kenaikan
Tuhan 17 Mei 2012, kami mengadakan misa di gereja Katolik St Vincent di Volendam
Netherlands.. sempat terlambat dikarenakan pertemuan ajaib dengan Oom To-Tante
Meity serta Olin-Jose..
Misa sekali lagi dipimpin oleh Mgr Edmund.. dan Oma
Maria membantu untuk beberapa hal.. Dalam kesempatan ini Monsinyur membacakan
Injil dalam Bahasa Belanda, dilanjut homili dalam Bahasa Jerman dan kemudian Bahasa
kami tercinta Bahasa Indonesia.. wuaaahhh
Bpk/Ibu Piet @Volendam |
Pak Piet (dan istri) adalah
Direktur Utama PT Raptim, setiap perjalanan beliau selalu mengawalinya dengan
lagu-lagu pujian… ”Selamat Pagi Yesus.. Selamat Pagi Roh Kudus..” dan sejurus
kemudian penumpang bis bagian belakang mulai cekakak-cekikik dan protes… (pelan
sih…. “Pak lagunya ganti donggg..!!") badung-badung..
Atau lagu lain..
Manis hati-Mu semanis janji-Mu, Berkembang
mekarkan imanku… Manis cinta-Mu semanis
budi-Mu ; berkembang mekarkan jiwaku….
Bpk/Ibu Margono @tuto Bono Ristorante |
Sedangkan Pak Margono (dan istri)
adalah orang penting di jajaran Majalah Hidup.. beliau pula yang awalnya
menanyakan kasus kecelakaan peziarah dari Indonesia.. dari Biro perjalanan yang berbeda.. wah rombongan kami
benar-benar full orang penting
Oma Maria dan suami
Oma sudah berusia 78 tahun tapi
sangat enerjik dan masih aktif sebagai wanita bekerja, perjalanan hidupnya yang
indah di-sharingkan kepada kami dengan nada riang.. selalu membagikan hal-hal
positif kepada kami, ketika keesokan harinya “musibah kopor” menimpa
keluarganya.. tak satupun umpatan dan kata-kata kesal dilontarkan. Beliau selalu
membagikan pikiran-pikirannya yang positif dan sangat tidak egois.
Oma Maria dan Bpk Supardal @Volendam |
#1 Karena saya tidak mungkin
menuntut untuk rombongan ini memikirkan musibah kami, sehingga jalan keluarnya
adalah saya dan Nico yang harus mengejar kopor kami, tidak bisa mengorbankan
kepentingan 38 anggota lainnya… dan kenapa kopor itu dikejar sedemikian rupa? karena sebagian isi kopor adalah obat-obatan milik sang opa yang baru saja sembuh dan keluar dari RS, wajar saja jika sang opa masih sangat bergantung dengan obat-obatan yang tersimpan dalam kopor yang 'hilang' itu, dan ketika dengan cara Tuhan yang ajaib Christina dan papanya berjalan 'menjemput' oma Maria dan Nico yang baru keluar dari stasiun KA di Nice, padahal mereka sudah tidak berkontak karena pulsa sudah habis.. dan saling tidak tahu keberadaan satu sama lain..so sweet..
#2 Ketika di Brussel aku
menceritakan ke Oma, kalau di toko coklat sebelah dengan 10 euro kita dapat paket coklat dengan
isi lebih banyak, Oma Maria menjawab ‘Kita syukuri saja apa yang sudah kita
belanjakan, kita yakini saja bahwa coklat yang kita beli adalah coklat yang
terbaik.. daripada kita menyesal, toh tidak ada gunanya lagi..’ hiks jadi malu…terimakasih
oma..!
#3 Di Volendam, oma membantu misa
dengan menjadi conductor, juga saat kami berwisata canal cruise… oma duet dengan kapten
boat kami.. Salut ah dengan oma..
Sampai sekarang pun, jika waktu
senggang dengan mama dan terselip obrolan tentang ziarah kami yang lalu komentar yang sama
dan tetap untuk Oma Maria..
Oma Sandra
Oma Sandra adalah peserta dari
Jakarta berusia 72 tahun. Dalam perjalanan aku tahu bahwa oma sudah belanja 50
rosario yang dijajakan pedagang asong di Rome.. yang akan dibagikan ke
rekan-rekan oma anggota persekutuan doa.
Oma mengatakan padaku, bahwa karena
banyaknya teman dalam PD tidak mungkin semuanya dibelikan di toko cinderamata
di Vatican yang harganya bisa 5-10 kali lipat.. Aiiihh Oma pinter..bener
sekali.. sayang aku tidak melakukan hal yang sama seperti yang oma lakukan..
Ketahuan banget oma Sandra ini business woman, hitung cepat berlaku disini..
Oma Sandra @Brussels |
Oma Sandra beberapa kali dalam
rombongan yang sama dengan mama dan aku, pada saat piscine (mandi di Lourdes) juga doa di
Grotto secara khusus Oma Sandra dititipkan kepada kami karena mengingat usia
Oma dan juga oma peziarah tunggal…
Saat kami akan meninggalkan hotel
di Nevers, TL kami mengingatkan kepada seluruh anggota rombongan agar tidak
lupa dengan bawaan penting kami seperti : dompet, paspor, HP dll… daaan
ternyata dompet + paspor oma Sandra masih ditinggal di bawah bantal di kamar
hotel.. Untung belum jauh.. sehingga tidak ada alasan bagi Frank untuk protes wueeeekkk...
Ketika perjalanan dari Amsterdam-Dubai-Jakarta, sekali lagi dipertemukan dalam 1 row dengan Oma Sandra di pesawat, Oma
dengan PD yang luar biasa memanggil pramugari dengan Bahasa Indonesia, oma minta
AC (sentral) dikecilkan.. terpaksa aku interupsi ke pramugari dan oma bahwa AC sudah
standar.. dan sang pramugari yang awalnya bengong, langsung say thank you,
problem solved..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar