Jumat, 01 Desember 2017

Ketika MG memilih studi lanjutnya

Periode bulan Mei s.d Juli 2017 adalah masa berat bagi kami dan MG (seharusnya). MG yang sejak SD selalu berujar ingin jadi Arsitek benar-benar tidak bergeming dengan iming-iming jurusan yang lain..

Ketika SD dia bercita-cita ingin menjadi Arsitek, guru sekaligus suster... ehem berat ya.. ingin melanjutkan ke Harvard hadoohh....

Ketika SD pula dia ikut olimpiade Bhs Inggris dalam speechnya MG mengatakan
"I want to be an architect... drawing is my world." Seserius itu..

Aku pingin kuliah di Jerman bun.. yah untuk yang 1 ini kami memotivasinya untuk membuka mata dan mencari kesempatan beasiswa jika Tuhan berkenan. Semasa SMA MG juga sempatkan untuk les Bahasa Jerman dan mengidola segala yang mambu Jerman..

MG sama sekali tidak berkehendak masuk PTN dia memiliki minat masuk ke PTS di Bandung yang terkenal dengan jurusan Arsitekturnya. Tapi harapan itu luruh setengah.. ketika MG tidak lolos jalur PMDK.. dan melupakan jalur pendaftaran tertulis di PTS tsb, aku pun memaksa dia untuk lebih realistis supaya bisa masuk PTN dan sejak itu suhu di rumah kami mulai dan semakin meningkat..

Ketika di awal th 2017 namanya lolos untuk kuota 50%  siswa yang boleh mendaftar SNMPTN tampak sekali MG ogah-ogahan berkali-kali dia utarakan "Aku nggak mau ikut SNMPTN." MG tidak segera mengisi formulir online dengan berujar aku tidak tertarik... dan mengulur-ulur waktu sampai dengan batas akhir pendaftaran, mau marahhhh rasanya dan segala sesuatu yang berhubungan dengan PTN mengusik kami untuk berdebat dan berakhir dengan nada-nada tinggi serta sesenggukan tangis dari MG.

MG banyak membuat batasan ini itu, tidak mau masuk PTN, tidak mau masuk Univ ini dan itu, maunya di luar kota dll

Ketika hasil UN dibagikan nilai 4 mata pelajarannya di atas KKM semua tidak ada nilai kurang, nilai ijazah, nilai rata2 rapot semua di atas 8,5 tapi ketika MG tidak menunjukkan minatnya pasti sang alam pun tidak akan memilihnya.

Berbagai cara kani lakukan agar MG mau dan bisa kuliah di PTN, mulai dari bimbel, SBMPTN (yang juga diisi last minute sehingga data masuk di saat injury time karena traffic yan tinggi) mengikuti Utul di UGM yang dia keluhkan sulit dan bilang pasti tidak diterima sampai jalur mandiri yang menggunakan nilai SBMPTN membuat pupus sudah harapanku MG masuk PTN..

Tidak terbayang ketika tanpa persiapan matang mengantar MG Utuk di Yogya, H-1 melewati Sadhar lokasi Anya tes, MG melihat kampus UAJY, dia berteriak matanya berbinar, "Bun, aku mau ndaftar Atmajaya." aku melotot dan menolak. Karena tidak sesuai dengan tujuan kami datang ke Yogya.  Tapi sepulang drari  Utul MG diskusi dengan ayahnya agar diijinkan memutuskan mengikuti tes UAJY.. jadilah aku mengantar dia tes tapi  lagi-lagi karena kurangnya persiapan dan tidak baiknya mengatur waktu.. banyak soal yang tidak diselesaikan. Hasilnya? MG tidak lolos..!! Shock pasti..

Akhirnya setelah dinyatakan tidak diterima di SBMPTN aku pun mengantar MG tes di UAJY untuk kedua kalinya.. dengan keputus asaan yang hampir mencapai batas, MG aku daftarkan juga ke UKDW di jurusan yang sama, Arsitektur. Beruntungnya waktu tes berurutan sehingga waktunya pun lebih efisien.

Akhirnya, MG diterima baik di UKDW maupun UAJY.. dan tentunya MG memilih UAJY karena selain PTS di Bandung itu UAJY memang PTS  yang diminatinya seperti grafiti di lemari yang ada di kamarnya (yang baru kuketahui kemudian) beruntungnya beberapa teman SMP dan SMAnya juga memilih UAJY. Jadi kami tidak terlalu khawatir melepas MG di kota barunya.

Ada 1 cerita, ketika tes wawancara di UKDW salah 1 pewawancara memberikan gambaran bahwa selama ini MG salah memilih jurusan pilihan ke 2 di PTN, saat itu kami berpikir jurusan tsb mirip-mirip dengan Arsitektur hehe... kemeruh (kata MG: untung ya aku gak diterima di jurusan pilihan kedua itu, kalo keterima bisa-bisa aku gak suka dan gak krasan... duh keras kepalanya), dan hasil gambar/sketsanya sebagai pelengkap tes masuk dipuji sang pewawancara

MG sekarang sedang membuktikan apa yang sudah dipilihnya. Dia yang hanya mau di jurusan Arsitektur PTS luar kota.. terkabul. Kami yang sudah mencoba membelokkan dia dari minatnya akhirnya pasrah dengan kemauannya, MG sekarang belajar mengatur waktu, kehidupannya, keuangan dan studi serta tugas-tugasnya.

Belajar hidup jauh dari orang tua dan keluarga. Buktikan MG..!!

Akhirnya harus kembali ke YOGYA - Mei 2017

Teman-teman kolas seringkali membuat usulan untuk liburan ke Yogya. Entah mengapa aku tidak seantusias Deni dan Herman jika diiming-iming ke Yogya.. beda kalo Bali aku langsung mbebeki..

Ketika LBK 1 yang lalu diusulkan ke Yogya, aku tidak bisa menolak karena kali ini atmosfirnya beda.. karena kami akan pergi berbanyak dengam teman-teman SMA.. jadi pasti beda kontennya..



Ketika MG tidak lolos tes untuk kuliah di Bandung, aku tidak terpikir untuk melepas dia tes ke luar kota.. maka dari itu diputuskan.. TIDAK mendaftar di periode selanjutnya.



Bahwa kemudian MG mengikuti UTUL di UGM, kemudian tes di UAJY 2x, daftar ulang, pertemuan Ortu mahasiwa baru, sampai kemudian kami sekeluarga menengok sang anak kos untuk pertama kalinya di bulan  September.. sudah berapa kali dalan setahun aku ke Yogya..



Jadi ingat pengalaman pribadi 30 tahunan yang lalu ketika ada seorang teman yang menganjurkan aku untuk kuliah di Malang dengan iming-iming suasana belajar yang nyaman, kotanya tenang dll 
Apa jawabku? Tidak... 
Kenyataannya? Aku diterima di PTN di lota Malang, harus kos dan tinggal di kota ini 4 tahun lebih, kemudian th 1994 sebelum menikah suami membeli rumah di Mlang yang kami tempati bersama sejak tahun 1998 sampqi sekarang..



Pengalaman kedua, ketika masih kuliah dalam obrolan dengan seorang teman, dia bilang.. entar kerja di Bali aja, enak bla bla..
Apa jawabku? Tidak.. Bali enakan buat liburan
Kenyataannya? Pengalaman kerja pertama dan keduaku adalah di Bali, yang mengharuskan aku tinggal di pulau Dewata ini selama 2 tahun, dan kembali menjadi anak kos.. dan sampai hari ini Bali tetap menjadi tujuan wisata yang ngangeni.. hihihi



Ketika mengantar MG Utul, tidak bisa dipungkiri bantuan Renny dan Rodex D-limanya sangat luar biasa, karena order last minute KA dan hotel hampir semuanya SOLD OUT singkat cerita berhasil mendapatkan hotel yang lumayan dekat dengan lokasi tes. Bisa difasilitasi oleh Didik, ditunjukkan lokasi tes MG, Irfan dan Anya



Setelah menghantar MG dan Irfan, aku dan Dinie sempat ngobrol panjang sekali tentang pengalaman hidup kami yang mungkin sdh 20 tahunan lebih tidak pernah kami lakukan sejak melepas masa SMA.. 



Ngobrol cantik di cafe Hayati Jl Demangan berbekal rekomendasi dari Wimbo - selebgram Yogya..



Dalam obrolan itu aku sempat berujar.. selama ini aku takut membayangkan melepas anakku kuliah di Yogya. Tapi kalo kita tidak lihat sendiri kita akan takut terus, padahal ternyata aku merasa nyaman.. meskipun tes di UTUL ini anak-anak kami sama sekali tanpa target dan beban, ngobrol pun tidak cemas dengan bagaimana hasil tes mereka.. antik ya



Siangnya ketika kami makan gudeg di UGM sambil menunggu Niniek datang (dihubungi agar menyusul ke cafe tdk ada sautan... ketiduran ternyata) dan anak-anak bubar tes.. biar saja MG mulai merasakan suasana persaingan.. apapun hasilnya..


Malam harinya aku, MG dan Niniek lagi-lagi menyempatkan ngopi di Simetri.. sekali lagi atas rekomendasi Wimbo.. tetep ya harus ngopi.. mas-mas Baristanya baik dan mau diajakin foto-foto hehehe.. setelahnya kami menyusuri jalan-jalan dalam temaram malam.. melewati TB Gramedia yang dulunya adalah kediaman Mbah Kakung kami, Prod Drg Sudomo..

Langkah kami mengantar sampai ke Tugu Yogya, selanjutnya aku dan Niniek menikmati kudapan pinggir jalan, nasi kucing dll di salah 1 angkringan.. yang sepertinya suami-suami kami pasti tidak bisa menikmatinya.. hehe