Selasa, 24 Juni 2008

Memorable Bali Trip

The memorable Bali Trip (24-26 Agustus 2007)

Sebenarnya perjalanan ke Bali kali ini sama sekali di luar rencana. Karena Vino tiba-tiba harus pulang dari Bali dengan mengendarai mobil kantor sendirian. Akhirnya terpikir untuk menyusul Vino dengan menggunakan bis malam bersama ke-3 anakku. Ini bakal jadi pengalaman seru, karena harus semalaman dengan 3 anak yang ‘anteng-anteng’. Pasti asik juga bagi Rafael karena merupakan pengalaman pertamanya pergi ke luar kota naik bis malam.

Hari Kamis malam aku sudah membeli tiket untuk 3 seat seharga @Rp 70.000 karena aku yakin Rafael pasti minta pangku, dan lumayan untuk menghemat ongkos transport. Bis malam yang aku pilih adalah Zena, tidak jelas apa alasanku karena saat di konter ticketing hanya perwakilan dari bis ini yang paling siap menjawab pertanyaanku dan harga tiket bisa di’tawar’.

Jumat aku tidak masuk kerja, dan sudah mendapat ijin dari kantor, karena kebetulan maid juga ijin pulang kampung. Paginya aku antar maid untuk cari kendaraan umum, setelah itu aku jemput anak-anak dari sekolah. Tak satupun dari mereka tahu bahwa aku berencana untuk mengajak ber-weekend di Bali bonus ‘bolos’ di hari Sabtu. Seluruh pakaian sudah dikemas ‘hanya’ 1 travel bag besar, yang isinya lengkap mulai celana pendek, kaos pantai, pakaian renang sampai pakaian untuk ke Gereja. Aku ajak Bene dan Raf potong rambut, sebelumnya aku minta Pipit membujuk Gadis untuk menyiapkan buku-buku dan PR untuk hari Senin, surat ijin untuk bolos di hari Sabtu juga sudah aku siapkan.

Sampai rumah kulihat Gadis sangat tidak kooperatif, dia menolak untuk mengatur buku pelajaran hari Senin dan tidak mau memberikan nomor telepon temannya karena dia merasa bisa melakukan sendiri. Gadis merasa sangat janggal karena harus bolos hanya untuk nginap di rumah Yangkung di Surabaya. Daripada rencana berantakan, akhirnya rencana perjalanan misterius ini aku bocorkan hanya ke Gadis, kepada Bene dan Raf aku tetap mengatakan bahwa kita akan bermalam di Surabaya karena Mbak Yas pulang kampung.

Gadis langsung bersemangat, dia segera mandi dan berkemas. Sebagai reward atas kemudahan koordinasinya kubelikan dia tas kecil yang isinya, tensoplast, salonpas, tissue, tissue basah dan minyak telon. Tak lupa aku minta dia bertanggung jawab atas petty cash selama perjalanan. Sebelumnya aku sudah menukarkan uang kertas pecahan Rp 1000 – Rp 20.000 dan disimpan di dompet Gadis. Karena aku tidak mau kerepotan dengan berbagai macam barang bawaan dan 3 anak kecil yang ‘pendiam’.

Setelah semua siap, aku bersama anak-anak berangkat ke arjosari dengan membawa 1 travel bag besar, 1 tas bahu, Gadis membawa tas barunya, Bene membawa 1 kotak donat JCo dan Raf membawa 1 tas plastik isi air mineral untuk di perjalanan.

Setibanya di Arjosari, seusai memarkirkan mobil kami menuju tempat parkir bis malam. Rafael dengan antusias memilih bis Patas Kalisari jurusan Surabaya. Gadis yang sudah mengetahui rencanaku senyum-senyum sombong. Akhirnya Bis Zena jurusan Malang-Denpasar berhasil kutemukan, dan kita menempati kursi masing-masing. Bene duduk dengan penumpang lain, sedangkan aku, Gadis dan Raf duduk bertiga. Selagi menunggu jadwal keberangkatan, anak-anak makan donat JCo bekal di perjalanan. Kami pun sempat pipis di terminal. Tidak lupa seperti kebiasaan kami jika melakukan perjalanan jauh pusar anak-anak kututup dengan salonpas supaya tidak masuk angin.

Tidak disangka, Rm Rai menyusul kami di bis sebelum berangkat. Memang aku menceritakan rencana keberangkatanku ini ke beberapa orang, hampir semuanya berkomentar sama…Sanggupkah? Dan hampir semuanya khawatir. Tapi entah mengapa aku yakin, sangat yakin bahkan..bahwa kami akan menikmati perjalanan ini. Rm Rai memberkati kami masing-masing dan kami sempat berdoa bersama untuk keselamatan dalam perjalanan.

Akhirnya bis Zena berangkat tepat pk 19.00, ketika tiba di pertigaan Purwosari Bene berbisik keras dan mengatakan bahwa bis kami salah jalan. “Bunda ini bukan jalan ke Surabaya, ini ke….D e n p a s a r..!!” sambil menunjuk ke depan, dia membaca signage bis yang bertuliskan MALANG – DENPASAR. Aku segera menyuruhnya diam, karena takut menimbulkan keributan di antara penumpang bis.. Gadis hanya senyum saja melihat kakaknya panik. Meskipun begitu ada rasa bangga, karena Bene yang autistic itu mengenali bahwa jalan yang dipilih oleh bis kami ‘salah’ jika menuju Surabaya (memang Mas, bis kita ini ke Denpasar, bukan ke rumah Yangkung di Surabaya).

Perjalanan mulai terasa panjang dan kami pun tertidur, sempat kulihat Bene yang duduk di seberang kursi kami mulai cemas dan sibuk memperhatikan jalan yang kami lalui (Bene mempunyai kebiasaan tidak tidur sepanjang perjalanan). Tiba di Situbondo bis kami berhenti untuk istirahat makan malam. Rafael tampak capek, dia jengkel sekali kenapa perjalanan ke Surabaya kali ini sangat lama. Ketika kubilang kita sekarang di Situbondo (sambil memancing apakah dia sadar kea rah mana perjalanan kita kali ini) dia malah berkomentar, “Sinibondo, Sanabondo…lama sekali gak sampai rumah Yang kung”. Hahaha.. kena loe gua tipu…

Tengah malam, bis kami tiba di Ketapang untuk antri di penyeberangan. Aku menunjukkan ke Raf dan Bene bahwa kita ada di dermaga, dan yang gelap itu laut…tetap saja Raf tidak mengerti arah pembicaraanku, dia malah berkomentar “Mbuh wonge iki, nangdi ae..” sambil melanjutkan tidurnya. Tapi aku melihat sinar kecemasan di mata Bene. Berkali-kali dia berdiri dan melihat keluar, berusaha mengenali bagian mana dari tempat ini yang berhubungan dengan kota Surabaya…. hehehe.

Di atas ferry, aku mengajak anak-anak keluar dari bis dan duduk di lobby. Rafael sudah sangat letih dan mengantuk dia hanya berkomentar, “Kan aku sudah bilang, kita ini mendingan naik Kalisari, Bunda malah ngeyel naik Zena. Nggak nyampe-nyampe, ndadak naik ferry nyebrang laut..!!” Akhirnya karena hawa dingin dan berangin aku ajak anak-anak kembali masuk bis. Setelah keluar dari ferry, ternyata seluruh penumpang dewasa wajib lapor KTP dan keluar bis. Aku tidak pernah tahu sebelumnya, karena selama ini (setelah peristiwa bom Bali) kalau ke Bali aku selalu naik kendaraan pribadi atau naik pewasat. Sempat panik juga harus meninggalkan 3 anak sendirian di bis. Untungnya Vino sudah mengingatkan aku untuk menyiapkan KTP di tempat yang mudah terjangkau. Tapi tetap saja tidak terbayang kalau aku harus turun dan meninggalkan anak-anak sendirian di atas bis.

Seluruh kegiatan dari berangkat sampai mendarat di Gilimanuk aku laporkan ke Vino. Seluruh kelucuan yang terjadipun sudah diketahui oleh Vino, yang sudah menunggu kami di Tabanan. Beberapa kali Vino menanyakan keberadaan kami, untuk memudahkan penjemputan di Pos Polisi Tabanan.

Akhirnya kami turun di Pos Polisi Tabanan, crew bis membantu membawa travel bag kami, seperti yang sudah kurencanakan bawaanku hanya tinggal travel bag dan tas bahu. Karena donat dan air mineral sudah habis di jalan. Sangat simple… Ketika turun dari bis, Vino sudah menunggu di depan pintu bis kami, Bene dan Rafael sangat surprise melihat ayahnya menjemput di akhir perjalanan subuh itu. “Berarti kita sekarang ada di Denpasar Bali” kata mereka serempak.. ribut banget… hahahaha…. karena setahu mereka, ayah sedang dinas di Bali.

Kami istirahat sejenak dan mandi di hotel tempat Vino bermalam. Setelah itu kami makan pagi di warung Banyuwangi dengan mobil Atoz milik kantor. Tujuan pertama pagi itu adalah Gereja Immaculata di Tabanan. Aku dan Rafael sempat berdoa di Goa Maria, dan berfoto di sekitar Gereja. Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke kantor SMA di Tnh Lot.

Setelah urusan kantor selesai, kami menuju Tanah Lot. Rafael kembali berulah, dia bermain-main dengan bebek-bebek milik petani Tanah Lot, sehingga menjadi tontonan turis yang memadati Tanah Lot pagi itu. Di perjalanan pulang, Gadis minta dibelikan sepatu ‘crock’*  warna pink. Di saat yang sama, tali sepatu ‘crock’* milik Raf copot…. accident happens everytime..!! *yang asli crocs :p

Setelah itu kami menuju Denpasar, karena ingin menikmati nasi ayam Kedewatan – Bu Mangku yang ada di Renon. Setelah nyasar-nyasar kami pun makan siang di warung Bu Mangku. Anak-anak sibuk bermain-main dengan ikan di kolam di bawah bale bengong tempat kami makan.

Usai makan siang, kami langsung ke Kuta untuk check in di Bali Garden Hotel. Tanpa membuang-buang waktu kami antar anak-anak untuk berenang di hotel pool yang berdekatan dengan pantai. Puas bermain air, kami segera berkemas-kemas untuk pergi ke Gereja. Kami mengikuti misa di Gereja St. Fransiscus Xaverius Kuta. Whiii… gerejanya bagus dan dingin… kamipun sempat berfoto di Gereja juga dengan Romo-romonya… heeee maklum kita kan turis.

Setelah itu, kami makan malam di Jimbaran. Anak-anak sangat menikmati suasana makan malam itu. Semua makan banyak. Rafael sempat mengeluh sakit perut…mungkin dia agak masuk angina karena perjalanan semalam dan langsung jalan-jalan dan renang…!!

Paginya, kami bermain-main di pantai sebentar. Aku dan anak-anak sarapan di jalan. Bene dan Vino sudah sarapan di Hotel. Setelah itu aku minta mampir di Jogger beli beberapa kaos untuk anak-anak dan oleh-oleh di Larisa. Supaya tidak kemalaman, kami langsung melanjutkan perjalanan kembali ke Tabanan. Di daerah Negara kami makan siang. Dalam perjalanan kami mampir di desa Palasari untuk mengunjungi gereja Palasari. Berhubung pastoran kosong, kami numpang ke kamar mandi tanpa ijin…. udah kebelet… Kami juga berfoto di sekitar gereja Palasari. Dari Palasari ke Gilimanuk hanya ditempuh dalam 30 menit. Penyeberangan berjalan lancar, demikian juga 3 jam kemudian ketika kami tiba di Pasir Putih. Perut mulai keroncongan, kami singgah di RM. Puri Tama… aku dan Rafael makan sop buntut berdua…. ueeenaaakkk….

Setelah itu perjalanan kami lanjutkan kembali. Tiba di Malang hari sudah larut… tapi kami semua merasa puas…tapi Vino mengeluh cuapekk karena tidak ada yang menggantikannya menyopir.. apa boleh buat, aku tidak bisa nyetir mobil matic…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar