Senin, 22 Juni 2015

Malimbu, Taliwang dan Desa Sade.. kau suka yang mana?

Setelah cidomo menghantar kami ke mbak Vivi dan mobilnya.. kami pun meluncur ke point pertama.. Malimbu.. sang TL memberi jatah kami 15 menit untuk bercentil-centil.. seluruh senjata dikeluarkan.. Wimbo dengan go pro dan Bimo sang pengarah gaya.. MG dengan fotografer paksaan.. ayahnya... te De dan aku macak foto haul #5thKJ..
  klr  


Hiks.. sebenarnya pingin beli kaos untuk oleh-oleh Rp100K dapet 3.. juga ada topi-topi cantik... halaah.. untung sadar diri takut gak bisa bawa..

Setelah dari Malimbu, kami bersegera ke arah Senggigi, disana kami masuk ke toko Kaos khas lombok tidak lupa membeli pesanan Bu Rin.. mukenah denban ornamen batik.. dannn berhenti lagi di 2 ATM, Mandiri bagi te Deni.. dan BCA untukku... kebetulan BCA bundling dengan Indomaret.. yang awalnya hanya aku yang turun, mendadak semua turun.. memborong cemilan dan segala minuman, mulai air mineral, isotonik dan rasa-rasa... norak amat?? Iyaaa kami rindu harga 'normal'

Setelah itu perjalanan berlanjut.. kami pun mengisi perut. Di RM Ayam Taliwang.. kami lesehan di salah satu gubuk, pilihan es kelapa muda adalah sangat tepat... huwenak dan suegerrr, sehingga tidak salah jika aku imbuh... :D 

Tanpa ba-bi-bu kami menghabiskan seluruh menu di meja, ayam taliwang goreng dan bakar, tempe-tahu goreng, sambal beberuk, gurami bakar...! Melihat kerakusan kami, mbak Vivi menawarkan kepada te Ndut untuk membeli tahu... berangkaat..!!

Selanjutnya kami menuju Desa adat suku Sasak Sade, di perjalanan kami melihat penjual jambu air, jambu air jadul.. apa yah namanya.. semacam jambu darsono.. yang berdaging lembut asam segar rasanya... 

Diantar seorang guide kami mengelilingi desa adat ini, beberapa hal baru disampaikan kepada anggota rombongan, bahwa anggota desa hanya diperkenankan antar anggota, maksudnya mereka tidak boleh kawin dengan orang luar desa mereka, rata-rata perempuan disana punya hak untuk memilih calon suaminya dengan memiliki pacar sampai 5 orang lelaki.. oughh..!!! Adat lamaran tidak dikenal disini, mereka lebih terhormat dengan 'menculik' calon istri, karena melamar dianggap menghina keluarga perempuan, dan kami pun ditunjukkan 1 rumah adat tempat pasangan kawin-lari ini berbulan madu.. ayaaay... sounds sexihhh... Tapi tidak dengan kata mamaku setahun yang lalu, "Haduh bulan madu kok tempatnya sempit, gak ada kasur, gelap, anyep" :(

Dalam kesempatan itu MG sibuk minta gelang dari benang yang dijalin-jalin, tapi aku tidak mengindahkan.. kok blenjiii terus?? Tapi rupanya Wimbo juga beli gelang benang yang sama.. gak tau deh sapa yang bayar (kayaknya te De ya?), karena untuk kedua kalinya ketika berlibur ke Lombok ini kulit di telapak kakiku pecah parah.. mau maraah!!! Sehingga konsentrasi terpecah..

Setelah gelang benang, kejutan belum berakhir, di desa ini pun tidak hanya diramaikan penjual kain tenun, kerajinan tangan.... tapi juga demam batu akik... alamaaakkk...!!

Dan kegumunanku semakin memuncak, ketika duo bocah menjadi salah 2 konsumennya.. ealaaah.. di mobil mereka membagi kehebohan dengan memberikan penilaian atas batu akik sekepal yang baru saja dibeli, lhoh siapa yang bayar.. te Ndut..!!

Karena takut kehabisan waktu, perjalanan dilanjutkan ke Bandara Praya, tanpa mampir-mampir lagi.. hiksss...

Sekitar pk 16:00 sampailah kami di Bandara, setelah check in tanpa print out.. kan begitu janji Traveloka.. think before you print laah...

Akhirnya kamipun menuju waiting room bandara.. ketika terdenganr suara mbak-mbak menyampaikan pengumuman bagi penumpang Citilink tujuan Surabaya, segera kami berdiri cipika-cipiki dadah-dadah selamat berpisah pada keluarga Tebal.. sampai depan petugas gate, kok cuma kami? Ough gak nyimak..!! Ternya hanya announcement untuk masuk ke waiting room, kalo itu sih udah dari tadi mbaaak... isin pek..!!

10 menit kemudian barulah panggilan ori, kamipun berpisah dengan keluarga Tebal.. karena reservasi dilakukan terpisah dan mendapatkan PNR berbeda, efeknya kami ber 4 berpisah dengan Vino yang duduk lebih depan dari kami, yang di row 24..

Sekitar 1 jam kemudian, kamipun mendarat di bandara Juanda, karena tuntutan tugas.. Vino tidak ikut pulang ke Malang, karena 3 jam kemudian harus terbang ke Makassar..

Sekali lagi, tidak ada liburan yang tak usai... cukup semanten, sae lan mboten, kelopo diperes metune santen..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar