Sabtu, 13 September 2014

TRIP YOGYA SANMAR 87 - Perjalanan (2)

Di tengah-tengah keceriaan kami menunggu sang Sancaka yang akan membawa kami ke Yogyakarta.. Tiba-tiba Lila menerima panggilan telepon. Pembicaraan menjadi serius, sehingga aku dan Deni pun turut memperhatikan, setelah Lila memberi kode bahwa sang penelpon adalah mama Renny... hah? Apakah akan terjadi semacam August mop seperti yang diramalkan oleh te De?

Dalam percakapan mereka, tertangkap beberapa penggalan kalimat Lila..
* KA berangkat 08:15
* Masih ada waktu untuk mengejar KA
* Tidak perlu packing berlebih
* Bawa underwear saja, lain-lain bisa pinjam/beli
* Langsung berangkat, jangan mampir-mampir

Setelah itu Lila sampaikan kepada rombongan, bahwa ada kemungkinan Renny bergabung di last minute. Karena waktu yang terus berjalan tanpa ragu, kamipun mulai tegang, Renny tidak bisa dihubungi. Panggilan untuk masuk KA sudah diumumkan sekitar 25 menit sebelumnya.

Jujur, pernyataan Renny untuk bergabung saat KA sudah siap berangkat membuat aku dan Deni mules.. Kamipun mempersiapkan beberapa kemungkinan,
#1 Renny muncul last minute, siapa yang akan membawa ticketnya di pintu peron, tanpa resiko ketinggalan KA? (semua ticket dibawa Deni)

Aku dan Deni dengan sedikit kurang ajar memutuskan Joe, yang kemungkinan paling lincah sanggup melakukan itu.

Tapi dimana Joe? Joe belum menempati kursinya, masih merokok di luar gerbong. Bahkan dia belum tahu kabar update ini, juga skenario ini.

Jarum jam menunjukkan pk 08:05, Renny tidak bisa dihubungi, akhirnya aku dan Deni memutuskan.

#2 Jauhkan HP, batalkan semua skenario.. Karena jika waktu hanya tersisa sedikit menit, penumpang selincah Joe tidak yakin dapat mengejar KA yang melaju.. plus Renny dan luggage-nya.

Kami mengambil keputusan menyakitkan. Renny tidak mungkin menumpang KA yang sama dengan kami. Kurang dari 8 menit sebelum KA bergerak. Setelah yakin semua teman sudah duduk di kursinya masing-masing, tiket sudah disiapkan, kamipun memutuskan untuk tidak melihat ke Pintu Masuk, sangat tidak nyaman membayangkan jika ternyata kami melihat Renny tetapi kami tidak bisa melakukan apapun..

Akhirnya peluit berbunyi, KA pun berjalan pelan dan akhirnya bergerak cepat menuju stasiun terdekat, Mojokerto, Kertosono dst.. Baru kali ini kami bepergian ber-9 dalam 1 gerbong.. dengan membiarkan 3 tiket lainnya hangus... :(
Keceriaan dalam gerbong Exeutive 2
Sekian menit kemudian ketika rombongan pejabat KAI, CS gerbong dan Security mulai checking ticket.. aku dan Deni mesam-mesem.. Security nya bernama DENNY.. :)

Di Gerbong Executive 2 ; 9 orang alumni SMA St Maria tahun 1987 sedang bersama, guyon cekakan, belajar WA, Benno yang sangat cerah ceria menceritakan segala kelakuan minus Pak Lurah ketika SMA.. keceriaan dimulai.. dalam perjalanan ini pula Benno menjalani training WhatsApp nya yang pertama, layaknya murid yang baik, Benno memperhatikan dan mempraktekkannya segera, layaknya pemula setiap aktivitasnya di WA selalu mengundang komentar dan akhirnya selalu di-bully..


Training on train
Tapi sang murid cukup berbesar hati, apapun bentuk bullying teman-temannya (yang tidak tahu diri) dia terima dengan senyuman lebarnya. Apalagi macaroni schotel dibagikan oleh Lila tak henti-henti seolah tahu, perut kami tak tahu malu berteriak-teriak kelaparan.

Break training sejenak... macaroni schotel duyuuu
Ketika KA hapir tiba di Stasiun Kota Madiun, Deni sibuk memberi Jocky tugas untuk membeli nasi pecel, aku sempat bertanya (karena setahuku penjual asongan bentuk apapun sudah dilarang di semua stasiun, #GebrakanIgnasiusJonan-Dirut KAI) "Bukannya sudah gak boleh jualan?"
Tapi menurut Deni, penjual masih ada di sudut tertentu.

Tapi harapan kami bisa menyumpal perut dengan beberapa suap Nasi Pecel batalah sudah.. stasiun tampak bersih.. yaaaaa memori Nasi Pecel habislah sudah..
Karena KA berhenti cukup lama, Deni dan Mitta sempat berjalan-jalan di Stasiun KA Madiun, dan diperoleh informasi SANGAT PENTING... yaitu jika ingin membeli nasi pecel, kami harus sms/telpon dulu ke penjualnya sebelum KA masuk stasiun, nasi pecel akan dikirim dan kami dapat mengambilnya tepat ketika KA berhenti di stasiun... aaah fasilitas dan kemudahan dari gadget.. :)

Gaya baca Manula vs gadget-nya
Ketika menjelang tengah hari, ketika perut semakin lancang meminta nasi.. dan kota tujuan kami sudah mendekat. Renny menelepon. Dia katakan, tidak sanggup kejar KA kami dst.. maka kamipun menyarankan untuk membeli tiket KA Sancaka Sore, atau Agro Anggrek, Mutiara Selatan, Travel atau pesawat... dan Renny kali ini berjanji untuk bergerak lebih cepat.. yaa semoga berhasil.
Cakep ya Keretakuuuu
Akhirnya ketika KA secara definit masuk Stasiun Tugu, bahagiaaaa rasanya.. terbayang Gudeg Yu Djum menjadi agenda berikutnya.. tapi setelah urusan check in beres tentunya..

Keluar dari gerbong KA Sancaka, aku menapak dengan hati-hati menghindari gap antara KA dan pinggiran beton, agar kecelakaan keblowok di akhir th 2012 tidak terulang.. 

Di stasiun Tugu kembali kami disambut lagu Yogya yang terdengar dari loudspeaker... hahhh?? Lagi?? Lagu ini sangat terdengar merdu karena kami sudah sampai Yogyaaaaaa...

Di kejauhan tampak seorang lelaki mengacungkan paging bertuliskan SANMAR 87 - Ibu LILA PT Smelting.. 

Jemputan kami sudah siap.. asikkkkkk


Tidak ada komentar:

Posting Komentar