Jumat, 22 Januari 2016

Baksos Guru SANMAR'87 Aksi Natal 2015

Sejak sering kumpul-kumpul dengan teman-teman SMA Sanmar'87.. pertemanan kami semakin mengerucut.. dalam hal minat, pandangan, selera makan, jalan-jalan dan sejenisnya.

Bagusnya kami bisa saling mengingatkan dan memberikan contoh tidak hanya dengan kata-kata. Tapi bergerak meskipun hanya sebatas kemampuan yang kami bisa.

Jika pernah di suatu waktu kami berkumpul di suatu tempat.. sedikit jauh dari keluarga sekedar berkelakar seperti usia kami 30 tahun yll jangan dipikir kami hanya berhura-hura.. kami sedang mensyukuri apa yang pernah kami rasakan bersama.. kala usia belia hingga kami menapak usia paruh baya.

Jika ada satu dua pendapat yang berujar sinis bahwa kami hanya hura-hura saja.. jangan salahkan kami jika sifat bawaan pemarah protes tidak terima terlontar dengan emosional. Mending ikutan kegiatan kami daripada mencemooh apa yang kami lakukan.. ok

Itu juga yang menginspirasi Bakti Sosial kami kepada mantan guru SMA kami d SMAK St Maria Surabaya. Karena satu dan lain hal kami tetapkan akan dilakukan pada bulan Desember 2015 sebelum Natal.

Penggalangan dana kami lakukan sejak September s.d Desember 2015. Untuk memberi kesempatan seluas-luasnya kepada rekan alumni untuk saling berkabar untuk menghimpun dana sebanyak-banyaknya semampu kami.

Mulai bulan Oktober kami sudah mengupdate jumlah dana yabg terhimpun, dimulai dari Rp 1.750.000 dan bergerak sangat lambat di awal Desember 2015.

Tak kenal putus asa. Entah apa yang ada di benak kami, pokoknya yakin pasti jika tiba saatnya Tuhan sendiri yang akan turun tangan. Benarlah.. di awal Desember pergerakan penghimpunan dana semakin cepat.. satu per satu teman-teman mengirimkan bantuan dana, informasi data guru, sembako, transportasi juga tenaga.

Kemudian ditetapkanlah Sabtu 19 Desember 2015 sebagai hari pelaksanaan. Dasarnya apa? Entahlah hanya dengan pertimbangan sebagian besar guru kami adalah umat Kristiani jika kami salurkan sebelumnya pasti akan sangat membantu.

Seminggu sebelum hari H beberapa teman yang tinggal di Surabaya mulai berbelanja sembako untuk bingkisan berupa beras, sirup, minyak, kue kering, teh, juga kue cantik lainnya. Kami berharap ada sumbangan dana segar yang berlebih agar kami dapat memberikan uang tunai bagi bapak/ibu guru.

H-2 Dinie yang muslim dan berhijab dibantu kedua putrinya merapikan bingkisan sejumlah 16 paket berornamen Natal :)



Sabtu pagi itu sang bendahara kami, Lila masih berada di Jakarta dan akan tiba d Surabaya sebelum pk 12. Dia mengupdate saldo uang cash yang masuk ke rekening jumlahnya sudah mencapai Rp15 jutaan termasuk yang sudah dbelanjakan.

Sehingga kami dapat memberikan bingkisan + uang tunai @Rp700ribu (13 orang) dan @Rp900ribu (2 orang) 




Pada hari H kami berkumpul di rumah Dinie di Jl Jemurandayani. Kejutaaann ada Nora yang sedang sibuk menulis kartu dan amplop. Kunto, Sigit juga siap bergabung, tak lama Benno, Jocky dan Herman juga siap membantu. Sekitar pk 11:00 kami pun meluncur dibagi dalam 3 sektor @4 anak. Di waktu kemudian Renny dan Lila bergabung dan langsung menyusul ke lokasi.

Dalam kelompokku terdiri atas 4 orang yaitu : aku, Deni, Kunto dan Benno..

Dikarenakan kami menggunakan 2 mobil maka diputuskan kami hanya menggunakan mobil milik Beno dan memulangkan kendaraan Kunto di Manyar dan untuk selanjutnya kami 'beredar' di daerah Manyar Sambongan, rumah Bpk Soemarso wali kelasku dan Kunto saat kelas 3 (A3-4).

Ketika semakin mendekati gang rumah Bpk Soemarso, Kunto kembali teringat bahwa rapotnya sempat akan diantar ke rumah oleh sang Bapak guru karena kenakalannya, bukannya malu Kunto malah mengiyakan tantangan sang Bapak guru 《 adegan berbahayaaaa.... jangan ditiru



Adegan kuli panggul terjadilah. Dengan beban setidaknya 7kg sang rekan memanggul bingkisan mencari rumah sang Bapak guru.. ketuk sana tidak dibuka.. terpaksa ketuk rumah tetangga.. laaah ternyata salah rumah..  harusnya 2 rumah setelahnya.. tapi Bapak Soemarso sudah pindah ke Sidoarjo.. ngomel panjang pendeklah sang pemeran kuli panggul. Sehingga dibuat skenario, jika belum tentu ada yang 7kg ini jangan dibawa turun dulu... abotttt maaaannn...!!!!



Dalam perjalanan berikutnya, kami sudah mulai pintar.. karena sebenarnya telepon rumah Bapak/ibu guru ada dalam daftar alamat. Jadilah kami telepon sebelumnya sekaligus minta ancer-ancer. Jika ditanya apakah kami survey? Tidak... tidak ada plan B, C maupun D. Jika tidak ada penerima kami akan kirimkan lain waktu. Gampang kan?









Entah kenapa saat itu kami semua merasa kerja ringan saja.. yakin bahwa rencana kami disetujui oleh sang Pencipta. Rencana dan tindakan baik pasti dilancarkan.. dan benar saudara-saudara.. kamipun akhirnya bisa bertemu dengan Bapak/Ibu Guru masa SMA.. 

Hampir semuanya dalam kondisi yang sama seperti kala dulu. Mereka memang tidak berlimpah harta.. tapi tampak benar bila mereka tekun dan jujur dengan pilihan pekerjaannya.. sebagian masih tinggal di gang tapi tampak benar mereka bahagia melihat kami murid-muridnya yang mau mengingat mereka... 








Ya Tuhan lindungilah selalu Bapak/Ibu Guru kami.. kami sangat bangga dengan konsistensi pilihan hidup mereka.. Semoga di lain kesempatan kami masih Kau berikan kesempatan berbuat baik untuk Guru, juga orang lain yang membutuhkan.. amin..






Apakah ada cerita antik dan lucu sepanjang perjalanan menuju rumah guru-guru kami itu? Pasti..

1. Dalam perjalanan ke rumah Pak Soemarso.. ternyata kami salah rumah, dan kemudian terbukti kami ketinggalan berita, karena pak Marso sudah pindah Sidoarjo, karena membayangkan masih akan ada 4 lokasi yang lain... Kunto memutuskan untuk menelpon semua guru yang menjadi target kelompok kami, dan janjian ketemu di McD terdekat, menurutnya itu ide brilian tetapi sangat ngawur menurut kami...

2. Ketika menuju kediaman Bu The.. meluncurlah 'cerita kelam' Beno-Kunto.. tentang manusia kunci..
Kunto sempat bertanya kepada aku dan Deni, 

"Kalian inget gak tentang Final Test kita pas kelas... yang kemudian ditunda?"
Aku, "Inget..!!"
Kunto, "Eling ceritane?"
Aku, "Sitik..Pokoe ono hubungane karo koen!"
Kunto, "Lhe kok eruh? Ngerti detail'e?"
Aku, "Gak.."
Kunto, "Blaaa blaaa..."

Dan tertawa terpingkal-pingkallah kami.. karena cerita yang absurd antik bin ajaib.. dan tidak perlu kami ceritakan disini... lahasia..

3. Ketika mengirimkan ke salah 1 guru, nyaris terjadi salah kirim. Karena ternyata nama guru sama tapi beliau bukan guru SMAK Sanmar tapi SPG.. dengan tenang, teman-teman balik kanan dan "untung paket belum diturunkan..." hehehe

4. Ketika di akhir agenda, kami berkumpul di suatu kedai kopi di Jl Kartini.. ketika tiba saatnya patungan untuk membayar, ternyata bill kami sudah terbayar.. begitu kata mbak kasir... takut salah kami mengkonfrimasi ulang.. mbak kasir pun ngeyel sudah lunas.. "Sudah dibayar bapak-bapak tambun.."



Helukkk kendel.. saat itu ada 3 orang bapak tambun..
1. Herman
2. Sigit
3. Beno
Tapi ketiga teman tsb tak satupun yang mengaku..

Misteri Mr. Tambun.. "Hanya Tuhan dan Bapak Tambun yang tahu..!"





Tidak ada komentar:

Posting Komentar