Rabu, 05 Desember 2012

Roma.. Roma.. Roma..!!



Dari Basilica St Paulus di luar tembok, kami menuju Tre Fontane (search google dan Wikipedia tentang Tre Fontane)..

Semakin kagum meskipun semakin ketahuan aku belum mengenal baik dengan orang kudus ini Santo Paulus.. PR besar untuk lebih tahu dan belajar tentangnya..
Entrance to Tre Fontane ; on pict Linda Sihite & Susilawati Sumawinata


Selanjutnya kami disambut patung kudus tinggi di gerbang kompleks kapel dan biara.. dan tampak wording ORA et LABORA.. oalaaah St BENEDICTUS vs ORA et LABORA itu saling berkaitan toh?? Lagi-lagi aku baru nyadar, padahal ada 2 Benedictus di rumahku.. karena sudah terlanjur ketinggalan aku berfoto disini, dengan bantuan Uut.. dan di gerbang yang lain dibantu mbak Susi dan Linda… udah sok akrab banget yaah.. :)



Photo taken by Uut

Dari parkiran menuju bangunan kapel....  tiba-tiba ciiiiiiittt ada sebuah city car yang masuk park area dengan kecepatan tinggi dan injak pedal rem sedikit menghentak… eeh ada mobil mungil itu lagi.. :) eitttss yang nyupir Romo Londo (ketahuan dari collarnya).. si Romo melempar senyum kepada rombongan kami… drive safely Father.. do not forget how to use the brake wkwkwkwkwk… bakat pembalap nihh…





Ketika masuk kapel TL menceritakan tentang pemenggalan kepala St Paulus yang menggunakan kapak...hihhhh, juga mata air yang merupakan tempat bergulirnya kepala sang Santo, dimana menyembur 3 mata air yang kemudian dikenal dengan tre fontane, di basement ditunjukkan pula tempat perasingan sang orang kudus ini, sebelumnya aku membayangkan tempat yang panas dan pengap, ketika aku menjulurkan kepalaku melalui lubang disitu, malah hawa dingin yang terasa.. yang mampu membuatku menundukkan kepala sejenak mengingat-ingat kisah orang suci ini yang awalnya sejarah hidupnya adalah musuh utama Kristus dan kemudian berbalik menjadi pengikutnya yang setia.. Mampukan aku untuk selalu setia hanya padaMu pemilik hidupku.. demikian pintaku..

Penjara bawah tanah St Paulus

Penjara bawah tanah St Paulus
 
Dari tempat yang adem ini, kami meluncur ke Basilica St Giovanni Lateran.. bangunan gereja yang besar.. selagi TL melakukan approach dengan pengurus Scala Santa tempat kami akan mengadakan misa dengan Bapa Uskup sore itu..

Basilica St Giovanni Laterano

Tidak ada kata lain, bangunan megah perpaduan antara kekayaan karya seni dan Kristen.. di satu sudut terdapat semacam kotak dan ukiran timbul dan diberi pagar.. banyak lembaran uang dan coin tergeletak di situ.. Aku menanyakan kepada seorang gadis dari kelompok GREENY (pita ijo maksudnya) “Mbak itu kenapa kok banyak duit? Ada ritual apa sih disini?” si gadis menjawab, “Nggak tau ya Tante.. (yaah Tante) saya juga ikut-ikutan aja..!” SETUJU… aku juga ah ikutan.. lempar koin.. ehhh kenapa yang keluar koin Rp 500 aku tukar dapatlah  coin euro ; ambil lagi yaah dapetnya Rp lagi ya sudah.. aku make a wish aja.. yang aku artikan keluargaku di Indonesia suatu saat bisa bersama-sama ke Eropa… (EURO meets IDR) Amin 

Menyeberang sedikit, kami sampai di Scala Santa, merupakan anak tangga awal penyiksaan Yesus sang Penebus 2000 tahun yang lalu, dimana di beberapa anak tangganya terdapat tetesan darah.. (search Google) tangga ini dibawa oleh St Helene ke Roma pada abad ke 4, menurut inifomasi dari TL, kapel ini dikelola oleh biarawan/biarawati Kapusin di sini pula kabarnya ada tabernakel pertama dan image Yesus pertama…. dalam wajah Asia.. tata cara berdoa di Scalla Santa adalah dengan berlutut dari lantai 1-28. Konon kabarnya terdapat tetesan darah Yesus di tangga ke-2, 11 dan 28..

Picture copied from Google

Kami mengadakan misa pertama di Roma, dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Mgr Edmund Woga CSsR dan seorang Romo pembantu dari keuskupan yang sama, Weetebula yang sedang studi di Roma.

Awalnya kami tidak bermaksud untuk berdoa di tangga Scala Santa ini, tapi tiba-tiba berubah pikiran ketika Lielies dan kakaknya mengajak doa disini.. ternyata kemudian menyusul Monica pun melakukan hal yang sama. 

picture taken by Lielies Agung
 
Rasanya berdoa berlutut dari anak tangga pertama s/d ke-28…? Adalah kepenatan luar biasa, rasa sakit karena lutut bertemu dengan tangga kayu (marmer) yang permukaannya sudah bergelombang. Di pertengahan perjalanan kami harus merambat tanpa pegangan, karena memang tidak tersedia, pun ada 2 orang peziarah lain yang sedang berdoa sangat khusuk di tangga itu..

picture taken by Linda Sihite


Menjelang puncak anak tangga, kaki sudah sangat berat untuk digerakkan, apakah rasa sakit pada kaki kami sepadan dengan penderitaan Kristus saat itu? Tentu tidak..

Ketika sampai di puncak tangga, kami diperkenankan untuk melihat tabernakel pertama juga Salib Kayu dengan image Kristus wajah Asia.. Kala itu kupikir aku tidak lagi memliki pecahan euro, hampir saja aku ngutang Lielies karena mama/papa sudah di luar bangunan Scala Santa.. tapi uppss untung di sela-sela dompetku yang tampilan nya setebal batako tersembul lembaran euro, pertolongan Tuhan selalu datang tepat pada waktunya aku BATAL HUTANG... hiii hampir malu

Ternyata karena tidak sempat berpamitan dengan papa, 15-20 menit terpisah membuat papa panik.. tapi kemudian terpancar rona kelegaan setelah tahu anaknya berdoa di tangga Scala Santa yang aku tahu mama-papa secara fisik akan sangat kesulitan melakukannya, jadi aku sampaikan kepada mereka bahwa berat sekali doa disini, jadi segala kepenatan ini biarlah untuk mewakili mama-papa juga rekan-rekan yang susah karena hambatan fisik juga mewakili keluarga di Indonesia.. dan aku juga sampaikan apa yang terjadi di puncak tangga bahwa aku nyaris berHUTANG serta kemudian menemukan selembar euro 'agak besar' nominalnya tapi untunglah papa berujar.. "Berderma tidak boleh disesali, harus ikhlas.. ini ziarah.. tidak boleh berhitung!" 

Mengapa aku berhitung?? Karena tidak sedikit uang papa yang dititipkan ke dompetku, karena mama-papa tidak mau bertransaksi dengan mengumbar banyak dompet yang dibuka.. takut dan taat pada TL, terima kasih Tuhan..
 
Kemudian bis mengantar kami ke Basilica Santa Maria Maggiore.. Ternyata sudah tutup, jadi kita hanya berputar melewati Basilica megah ini, yang konon disimpan relikui palungan Yesus.. hmm cerita yang menarik..

Basilica Santa Maria Maggiore






 


Selanjutnya kami berputar-putar kota Roma, melewati Roman Forum, dan icon-icon bersejarah kota Roma, terakhir ke Colosseum  untuk menikmati senja disana..

Sebelum sampai Colosseum terjadi kehebohan..!! Oma Sandra nyaris masuk sarang penyamun aaah ada-ada aja si Oma..!! Oma bercerita dia bertanya kepada salah satu pria asing disana, “Mana Yusak?” si Italiano bingung, “What..what??”  sampai kemudian TL kami menjemput sang Oma yang terpisah dari kami, demikian juga Romo tamu dari keuskupan Weetebula yang sehari ini menemani kami pun berpisah disini, karena Colosseum merupakan lokasi terdekat dengan asrama beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar