Senin, 17 Desember 2012

We’re the pilgrims with big hopes… big smiles..big family # 3



3 serangkai  Bapa Uskup – Pak Piet – Pak Margono


Bapak-bapak bertiga ini rupanya sudah berteman akrab sejak mereka duduk di seminari.. pada kesempatan tur ziarah ini Pembimbing Rohani kami adalah Bapa Uskup Mgr Edmund Woga CSsR dari keuskupan Weetebula.

Mgr Edmund Woga CSsR @Vatican


Dalam perjalanan dengan bis, Bapa Uskup yang selalu memimpin doa Rosario bersama seluruh peziarah..


Saat Misa Hari Raya Kenaikan Tuhan 17 Mei 2012, kami mengadakan misa di gereja Katolik St Vincent di Volendam Netherlands.. sempat terlambat dikarenakan pertemuan ajaib dengan Oom To-Tante Meity serta Olin-Jose.. 

Misa sekali lagi dipimpin oleh Mgr Edmund.. dan Oma Maria membantu untuk beberapa hal.. Dalam kesempatan ini Monsinyur membacakan Injil dalam Bahasa Belanda, dilanjut homili dalam Bahasa Jerman dan kemudian Bahasa kami tercinta Bahasa Indonesia.. wuaaahhh

Bpk/Ibu Piet @Volendam


Pak Piet (dan istri) adalah Direktur Utama PT Raptim, setiap perjalanan beliau selalu mengawalinya dengan lagu-lagu pujian… ”Selamat Pagi Yesus.. Selamat Pagi Roh Kudus..” dan sejurus kemudian penumpang bis bagian belakang mulai cekakak-cekikik dan protes… (pelan sih…. “Pak lagunya ganti donggg..!!") badung-badung..

Atau lagu lain..

Manis hati-Mu semanis janji-Mu, Berkembang mekarkan imanku…  Manis cinta-Mu semanis budi-Mu ; berkembang mekarkan jiwaku….


Bpk/Ibu Margono @tuto Bono Ristorante

Sedangkan Pak Margono (dan istri) adalah orang penting di jajaran Majalah Hidup.. beliau pula yang awalnya menanyakan kasus kecelakaan peziarah dari Indonesia.. dari Biro perjalanan yang berbeda.. wah rombongan kami benar-benar full orang penting


Oma Maria dan suami


Oma sudah berusia 78 tahun tapi sangat enerjik dan masih aktif sebagai wanita bekerja, perjalanan hidupnya yang indah di-sharingkan kepada kami dengan nada riang.. selalu membagikan hal-hal positif kepada kami, ketika keesokan harinya “musibah kopor” menimpa keluarganya.. tak satupun umpatan dan kata-kata kesal dilontarkan. Beliau selalu membagikan pikiran-pikirannya yang positif dan sangat tidak egois.

Oma Maria dan Bpk Supardal @Volendam

#1 Karena saya tidak mungkin menuntut untuk rombongan ini memikirkan musibah kami, sehingga jalan keluarnya adalah saya dan Nico yang harus mengejar kopor kami, tidak bisa mengorbankan kepentingan 38 anggota lainnya… dan kenapa kopor itu dikejar sedemikian rupa? karena sebagian isi kopor adalah obat-obatan milik sang opa yang baru saja sembuh dan keluar dari RS, wajar saja jika sang opa masih sangat bergantung dengan obat-obatan yang tersimpan dalam kopor yang 'hilang' itu, dan ketika dengan cara Tuhan yang ajaib Christina dan papanya berjalan 'menjemput' oma Maria dan Nico yang baru keluar dari stasiun KA di Nice, padahal mereka sudah tidak berkontak karena pulsa sudah habis.. dan saling tidak tahu keberadaan satu sama lain..so sweet..


#2 Ketika di Brussel aku menceritakan ke Oma, kalau di toko coklat sebelah  dengan 10 euro kita dapat paket coklat dengan isi lebih banyak, Oma Maria menjawab ‘Kita syukuri saja apa yang sudah kita belanjakan, kita yakini saja bahwa coklat yang kita beli adalah coklat yang terbaik.. daripada kita menyesal, toh tidak ada gunanya lagi..’ hiks jadi malu…terimakasih oma..!


#3 Di Volendam, oma membantu misa dengan menjadi conductor, juga saat kami berwisata canal cruise… oma duet dengan kapten boat kami.. Salut ah dengan oma..


Sampai sekarang pun, jika waktu senggang dengan mama dan terselip obrolan tentang ziarah kami yang lalu komentar yang sama dan tetap untuk Oma Maria..


Oma Sandra


Oma Sandra adalah peserta dari Jakarta berusia 72 tahun. Dalam perjalanan aku tahu bahwa oma sudah belanja 50 rosario yang dijajakan pedagang asong di Rome.. yang akan dibagikan ke rekan-rekan oma anggota persekutuan doa. 

Oma mengatakan padaku, bahwa karena banyaknya teman dalam PD tidak mungkin semuanya dibelikan di toko cinderamata di Vatican yang harganya bisa 5-10 kali lipat.. Aiiihh Oma pinter..bener sekali.. sayang aku tidak melakukan hal yang sama seperti yang oma lakukan.. Ketahuan banget oma Sandra ini business woman, hitung cepat berlaku disini..


Oma Sandra @Brussels

Oma Sandra beberapa kali dalam rombongan yang sama dengan mama dan aku, pada saat piscine (mandi di Lourdes) juga doa di Grotto secara khusus Oma Sandra dititipkan kepada kami karena mengingat usia Oma dan juga oma peziarah tunggal…


Saat kami akan meninggalkan hotel di Nevers, TL kami mengingatkan kepada seluruh anggota rombongan agar tidak lupa dengan bawaan penting kami seperti : dompet, paspor, HP dll… daaan ternyata dompet + paspor oma Sandra masih ditinggal di bawah bantal di kamar hotel.. Untung belum jauh.. sehingga tidak ada alasan bagi Frank untuk protes wueeeekkk...


Ketika perjalanan dari Amsterdam-Dubai-Jakarta, sekali lagi dipertemukan dalam 1 row dengan Oma Sandra di pesawat, Oma dengan PD yang luar biasa memanggil pramugari dengan Bahasa Indonesia,  oma minta AC (sentral) dikecilkan.. terpaksa aku interupsi ke pramugari dan oma bahwa AC sudah standar.. dan sang pramugari yang awalnya bengong, langsung say thank you, problem solved..






Tidak ada komentar:

Posting Komentar