Senin, 18 Maret 2013

Dinie [Jambul] kata mbah kakungku..

Temenku satu ini namanya Dinie Martini.. Pertama kenal ketika menjadi siswa SMAK St Maria Surabaya, kami sekelas.. di kelas I-5.. yang masuk klasifikasi kelas ranking tertinggi (saat itu).. tapi kami cukup happy dengan ranking yang 2 digit :D

Dinie yang asal SMP di kota Medan, suatu saat mengingatkan aku bahwa sebelum di Sanmar kita pernah ketemu. Tentu saja aku tidak yakin karena kita tidak pernah tinggal 1 kota..

Ternyata, ketika lulus SMP dan bermaksud melanjutkan ke salah satu SMA Negeri di Surabaya.. aku yang saat itu mendaftar 'hanya' menggunakan sandal.. dan diusir panitia.. bertemu dengan seorang gadis keriting berkepang, dia menawarkan pinjaman sepatunya.. dan tantenya berpura-pura menjadi mama-ku... hiiii malu...

Di kemudian hari terbukti, sepatu yang kupinjam adalah sepatunya Dinie ini, dan tantenya yang berpura-pura jadi mamaku adalah mamanya Indra Ari... huaaalaaahhh... what a small world..!!

Dinie itu tipe orang yang disayang orang tua, termasuk mbah kakungku. Almarhum mbah kakung tidak pernah benar-benar ingat siapa nama Dinie yang sebenarnya, hanya menyebutnya si Jambul.. karena poninya yang keriting dan berjambul.. (kata Mbahku lhooo)..

Si jambul sudah menjelma menjadi wanita yang solihah..

Kami partner di PASAMA (Pecinta Alam Santa Maria).. berwajah garang tapi tidak pernah sukses mendiklat adik kelas.. gak main blas..!! 

Pernah saking kemaruknya mau naik  gunung Bromo, aku harus bertengkar hebat dengan papa, dan kabur ke sawah belakang rumah, agar diijinkan naik gunung. Seharian papa jadi penunggu telepon, semua telepon masuk disensor dan diterima oleh papa.. kemudian aku disidang ke rumah Dinie.. terjadilah pengadilan aku + Dinie vs Papaku + mamanya Dinie.. huhhhh AIB

Dinie juga yang pernah menegur aku dengan keras, ketika aku (lagi-lagi) berantem dengan papa, dengan kesombongan ABG aku cerita ke Dinie sangking marahnya (karena menurutku akulah yang benar) aku mogok bicara dengan papaku.. 'siwak'  Dinie mendengarkan ceritaku kupikir dia membelaku, ternyata, "Va, kayaknya kamu salah kalo sampai memusuhi papamu.. sampai tidak bicara. Mereka orang tuamu..!" Aku tidak serta merta setuju... tapi dalam hati aku membenarkannya.

Dinie itu mandiri sekali, karena harus bertanggung atas kedua adiknya karena mama-papanya tinggal jauh di Medan.. hmmm... Pernah karena suatu masalah domestik aku mengadu  ke Dinie, maksud hati ingin cerita tapi apa daya aku hanya bisa menangis, tersedu-sedu.. dan Dinie menunggu sampai semuanya selesai.. dan kejadian yang sama suatu kali dia menelepon aku, hanya isak tangis yang  masing-masing kami sendiri yang tahu apa makna tangisan kami. :)

Ketika kelas 2 SMA, kami pisah jurusan. Dinie A2 (Biologi) dan aku A3 (Sosial), kelas Dinie terletak di lantai 2 dekat dengan akses via Raya Darmo. Ketika itu aku baru saja datang (masuk siang), Dinie memanggilku dari balkon kelasnya, 
"Va, gak ngantuk?"
Aku, "Nguantuk Din..!"
Dinie, "Mulih yuk..!!"
Aku, "Ayukk"
Aku pun batal masuk sekolah, menunggu Dinie turun membawa tasnya, dan kamipun bergegas naik bis kota tingkat, pulang..!! 
Kami Bolos untuk yang pertama kalinya dalam hidup  kami :)
Apa yang kami lakukan?? tidak banyak, ngobrol saja, sambil tidur siang di rumah Dinie di Jemur Andayani... jiaaah...

Ketika Dinie menikah, aku sudah bekerja di Bali, aku diundang dan harus datang.. agak berat karena cutiku sudah habis dan dana seret.. apa yang terjadi, usai pesta Danny Pardede memberikan aku tiket pesawat titipan dari Dinie untuk kembali ke Denpasar esok paginya... hihihi... malu ya?!

Seperti juga Renny, sampai sekarangpun aku dan Dinie masih sering ketemu.. cerita-cerita dan curhat-curhatan.. lucu ya..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar